Skip to main content

Beda tapi Sama


aku paham bahwa aku selalu jadi berbeda,
bukannya tak pernah sama.
tapi hanya dengan berbeda aku merasa 'istimewa' .
 bagiku, berbeda bukan berarti berani untuk tidak 'diterima'.
 aku hanya sadar perbedaan ini ada
karena aku telah 'menerima' siapa aku dan mereka.
aku sangat merayakan perbedaan.

biarkan aku tetap menjadi aku,
 kau tetap menjadi kau,
 kalian tetap menjadi kalian,
 mereka tetap menjadi mereka,
 kami tetap menjadi kami.
 tidak harus jadi masalah.

karena kita adalah kita.


we have different cultures” aku menemukan penyangkalan karena perbedaan. Biasanya bisa lebih parah ’kau kan perempuan’ ini juga yang sering aku dengarkan tentang bagaimana perbedaan  selalu menjadi penyangkalan.

 “toh kita tinggal di bumi yang sama”  ini beda lagi, terkadang aku juga menemukan persamaan sebagai pembelaan. “gapeduli asalanya dari mana kita manusia punya hak yang sama” masih sama tentang persamaan untuk menunjukkan pembelaan.

Aku heran apa yang sebenarnya diinginkan manusia manusia ini. maksudku adalah manusia saling membedakan tapi  tidak ingin berbeda. Lalu menuntut persamaan tapi tidak ingin dianggap sama.

lalu, saat ada yang berbeda malah menjadi terasing dan dianggap sakit. padahal biasanya mereka itu berbeda karena memang semua adalah perbedaan yang ada. 

sering kali, perbedaan itu tak pernah bisa diterima. lalu berlomba-lomba mengusung atas nama persamaan yang pada dasarnya juga bukan hal yang bisa sesuai. 

"aku orang ini, kau orang itu"

"kita harus begini, kau harus begitu"

"kau tidak boleh begitu, harusnya begini"

oh, baiklah lalu bagaimana dengan perubahan-perubahan yang ada. apakah itu hadir dari sebuah persamaan? ya, tentu saja. tapi bukan persamaan-yang benar-benar sama. melainkan karena dituntut untuk jadi berbeda. 


Belum lagi tentang keinginan-keinginan mereka. Aku melihat banyak sekali krisis keinginan disini. Banyak manusia manusia bingung yang belum bisa memastikan apa yang menjadi keinginannya. Apakah dibedakan atau disamakan? Apa manusia manusia ini ingin berbahagia atau hanya mencari bahagianya.(bahagia menjadi faktor kesuksesan bagi hidup.katanya)

Aku sering menjumpai manusia manusia yang bingung menentukan apa yang sebenarnya diinginkan. Contoh saja mereka mereka yang sedang dalam masa tanggung dalam  menentukan keinginan, seperti pekerjaan seperti apa yang mereka inginkan. Apa ingin jadi yang berbeda atau tetap pada persamaan.

Saat kecil dulu mereka  diberi pertanyaan tentang keinginan mereka. Dan dengan mudah menjawab mereka ingin ini dan itu. Lalu saat sepuluh, lima belas tahun kemudian diberi pertanyaan yang sama mereka akan bingung menjawab ingin ini tapi juga ingin itu.

Lalu apa yang salah disini? Mereka para manusia yangsudah tidak lagi bisa berpikir? Lalu jika manusia manusia ini tidak bisa berfikir lagi apa yang membedakannya dengan ‘makhluk’ lain ?



Mungkin ini seperti tulisan sampah yang tak jelas tujuannya apa. Tapi percaya saja aku menulis ini hanya sekedar menyampaikan kesah yang ada dikepalaku tentang persamaan dan perbedaan mereka para manusia. 


Comments

Popular posts from this blog

Illusion

I am the most miserable. Why ? you know my figure is someone who have so many dreams. And always doing whatever i want as much as possible. I always laugh out load that i could. Or run and jump as i want.  Even,  I please speak with invective. Bad indeed, but it was feel better than now. Now, I’m just sit and  stare blankly to  all directions. Silence without a cup of coffee like  normally. There are just some fucking papers that contains scratch without clarity. Or, when I'm just sitting among the noisy sound that pierced my ears. It's annoying because my lips can’t speak as usual. Even, to greet them were sickening.  I am very lazy. It’s NOT me. But, here i am now. Only talking with myself without voice anymore. I’m gonna insane. But, i really really lost my directions. Even to speak, i don’t know how to do it. I asked. Where it was started? Silence, Quiet, I remember, the last time i has my voice is when my last trip. ...

Dia, di pojok bayangan

            Saya telah kehilanga dia lagi. Bodohnya saya. Membiarkan lagi dan lagi merasa hal yang tidak menyenangkan. Terbuang             Bukankah begitu? Jadi jalang sangat menyakitkan. Tapi entah mengapa saya menikmatinya. Berkali-kali saya menyakinkan diri untuk berhenti. Namun mereka terlalu sayang untuk diabaikan.             Saya memang bodoh bagi kalian. Merelakan ‘tubuh’ saya untuk ‘dijual’. Saya akui itu. Tapi saya tidak pernah bosan untuk berpura-pura tersenyum pada kalian yang selalu merendahkan saya. Meremehkan saya untuk banyak hal yang memang tidak ingin saya lakukan. saya tidak peduli kalian senang atau tidak. Saya tidak peduli kalian marah atau kecewa. Saya tidak peduli.             Saya peduli pada dia. dia yang terluka. dia yang menderita. dia yang sendiri. dia ...