Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Tempatmu. . .

Mungkin kau masih tidak tau dimana tempatmu yang seharusnya, masih tidak tau waktu yang seharusnya menjadi milikmu. Yang kau tau adalah tempat dan waktu yang salah selalu datang kepadamu. Dan ditempat itu kau berakhir pada derita yang selalu ingin kau sudahi. Lalu ceritamu hanya tentang kemalanganmu disana. Ah Tapi kau bisa apa? Ingin lari pun percuma karena pasti kau akan datang ketempat yang salah lagi. Dan akhir dari itu sudah tertebak bukan? Dan karna itu kau  merasa gila sendirian. Ditempat itu kau akan  merasakan sepi. Kosong. Jenuh.  Dan akhirnya  mati rasa.  Saat kau dan dirimu yang tersisa dalam waktu. Kau ingin berbicara pada yang lain namun tidak ada  yang mendengarkan atau pun mengajakmu berbicara, sampai akhirnya kau terbiasa dengan itu. Menganggap angin adalah pendengar terbaik. Dan jalanan sebagai tempat yang aman untukmu bicara. Namun kau bisa berbicara pada dirimu sendiri walau itu membuat pikiranmu semakin kacau. tapi itu bukanlah s...

Dia Harus Pergi..

Pernah satu kali aku meminta untuk sesorang agar dia tetap tinggal. Namun yang terjadi adalah dia mengatakan bahwa dia harus pergi . Aku selalu bilang padanya kalau dia ingin pergi dia harus ingat untuk pulang dan kembali. Jadi yang kulakukan adalah menunggunya  kembali. Hal bodoh memang, tapi yang dia katakan adalah dia hanya harus pergi bukan ingin menghilang. Satu.. dua.. tiga.. empat entah sudah pada hitungan waktu keberapa aku menunggunya.      Bodoh bukan? Ya kusadari aku memang bodoh. Sangat bodoh. Tapi dia mengatakan dia ingin pergi bukan ingin menghilang . Kalau saat dulu dia katakan akan menghilang, tentu saja dengan mudah aku akan mengabaikannya. Tunggu? Aku bodoh? Tidak tentu saja tidak. Tentu saja dia yang lebih bodoh. Jelas. Sudah sangat jelas. Dia bodoh dengan berbohong. Dia bodoh dengan pergi tanpa kembali. Dia bodoh dengan tidak bisa memaknai waktu. Dia.. dia bodoh.. Ahhhh... kalau dia yang bodoh berarti aku? Aku...  gila? Iya ...

Lentera

Dalam gelap aku masih menatap. Kegelapan yang hanya ada hitam pekat tanpa ada warna lain. warna? Ya warna yang dulu sempat diberi oleh seorang pembawa lentera. Warna merah emas kegelapan. Warna yang menciptakan keremangan dalam gelap. Aku sangat menikmati warna itu. Ah pembawa lentera itu lagi. Pembawa lentera. Ya pembawa lentera. Sosok gelap dengan cahaya lentera disekelilingnya. Yang entah sejak kapan duduk disebelahku yang memberi cahaya remang indah itu padaku. Memberikanku rasa nyaman yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Pembawa lentera yang memberikan pundaknya untukku bersadar, merenggangkan tangannya untuk memelukku erat. Hal yang belum pernah kulakukan karena aku terbiasa  sendiri tanpa pegangan dari apapun atau siapapun.