Skip to main content

Tempatmu. . .

Mungkin kau masih tidak tau dimana tempatmu yang seharusnya, masih tidak tau waktu yang seharusnya menjadi milikmu. Yang kau tau adalah tempat dan waktu yang salah selalu datang kepadamu. Dan ditempat itu kau berakhir pada derita yang selalu ingin kau sudahi. Lalu ceritamu hanya tentang kemalanganmu disana. Ah Tapi kau bisa apa? Ingin lari pun percuma karena pasti kau akan datang ketempat yang salah lagi. Dan akhir dari itu sudah tertebak bukan?

Dan karna itu kau  merasa gila sendirian. Ditempat itu kau akan  merasakan sepi. Kosong. Jenuh.  Dan akhirnya  mati rasa.  Saat kau dan dirimu yang tersisa dalam waktu. Kau ingin berbicara pada yang lain namun tidak ada  yang mendengarkan atau pun mengajakmu berbicara, sampai akhirnya kau terbiasa dengan itu. Menganggap angin adalah pendengar terbaik. Dan jalanan sebagai tempat yang aman untukmu bicara.
Namun kau bisa berbicara pada dirimu sendiri walau itu membuat pikiranmu semakin kacau. tapi itu bukanlah sesuatu yang salah bukan? Semakin kacau dirimu maka semakin banyak kau berbicara padanya. Dan pada akhirnya kau akan berada ditempat lain entah itu masih tempat yang sama atau mungkin tempat itu telah berubah. Entah itu menjadi nyaman atau malah sebaliknya. Nikmati saja ceritanya..
Cerita yang seharusnya tidak kau ungkap ditempat tempat berikutnya. Cerita yang seharusnya tak kau biarkan tempat pelarianmu itu tau semenderita apa kau saat dulu. Walau pada akhirnya kau akan kembali merasa bahwa lagi-lagi itu bukan tempatmu.

Percaya saja pasti ada tempat untukmu. Tempat itu sedang menunggumu dan mempersiapkan seluruh kebahagiaan yang tak bisa kau bayangkan. Waktu nanti akan membawamu kesana, dan saat itu kau akan bisa tertawa lepas. Melupakan derita yang pernah kau rasa saat berada ditempat yang salah. Mengembalikan pikiranmu yang pernah kacau. Menghidupkan rasa yang pernah mati.


Comments

Popular posts from this blog

Illusion

I am the most miserable. Why ? you know my figure is someone who have so many dreams. And always doing whatever i want as much as possible. I always laugh out load that i could. Or run and jump as i want.  Even,  I please speak with invective. Bad indeed, but it was feel better than now. Now, I’m just sit and  stare blankly to  all directions. Silence without a cup of coffee like  normally. There are just some fucking papers that contains scratch without clarity. Or, when I'm just sitting among the noisy sound that pierced my ears. It's annoying because my lips can’t speak as usual. Even, to greet them were sickening.  I am very lazy. It’s NOT me. But, here i am now. Only talking with myself without voice anymore. I’m gonna insane. But, i really really lost my directions. Even to speak, i don’t know how to do it. I asked. Where it was started? Silence, Quiet, I remember, the last time i has my voice is when my last trip. ...

Dia, di pojok bayangan

            Saya telah kehilanga dia lagi. Bodohnya saya. Membiarkan lagi dan lagi merasa hal yang tidak menyenangkan. Terbuang             Bukankah begitu? Jadi jalang sangat menyakitkan. Tapi entah mengapa saya menikmatinya. Berkali-kali saya menyakinkan diri untuk berhenti. Namun mereka terlalu sayang untuk diabaikan.             Saya memang bodoh bagi kalian. Merelakan ‘tubuh’ saya untuk ‘dijual’. Saya akui itu. Tapi saya tidak pernah bosan untuk berpura-pura tersenyum pada kalian yang selalu merendahkan saya. Meremehkan saya untuk banyak hal yang memang tidak ingin saya lakukan. saya tidak peduli kalian senang atau tidak. Saya tidak peduli kalian marah atau kecewa. Saya tidak peduli.             Saya peduli pada dia. dia yang terluka. dia yang menderita. dia yang sendiri. dia ...

Beda tapi Sama

aku paham bahwa aku selalu jadi berbeda, bukannya tak pernah sama. tapi hanya dengan berbeda aku merasa 'istimewa' .  bagiku, berbeda bukan berarti berani untuk tidak 'diterima'.  aku hanya sadar perbedaan ini ada karena aku telah 'menerima' siapa aku dan mereka. aku sangat merayakan perbedaan. biarkan aku tetap menjadi aku,  kau tetap menjadi kau,  kalian tetap menjadi kalian,  mereka tetap menjadi mereka,  kami tetap menjadi kami.  tidak harus jadi masalah. karena kita adalah kita. “ we have different cultures” aku menemukan penyangkalan karena perbedaan. Biasanya bisa lebih parah ’ kau kan perempuan’ ini juga yang sering aku dengarkan tentang bagaimana perbedaan  selalu menjadi penyangkalan.   “toh kita tinggal di bumi yang sama”  ini beda lagi, terkadang aku juga menemukan persamaan sebagai pembelaan. “ gapeduli asalanya dari mana kita manusia punya hak yang sama” masih sama tentang persamaa...