Ceritanya
masih sama saat kali pertama dia menatapku. Membiarkanku berkaca pada bola
matanya yang hitam pekat itu. Membawaku tenggelam bersama imaji yang entah
kemana. Aku ingin, tapi semua inginku masih mengambang. Membirkannya menebak
apa inginku itu sama saja seperti membunuhku. karna aku sendiri tak pernah tau
apa yang sebenarya. Membiarkannya meraba apa yang kubutuhkan sama seperti
membuatnya tersesat dalam ruang hampa. Dan aku sebagai ruang hampanya itu, tak
ada  yang jelas disana. Hanya ada kosong.
Aku
masih sering bertanya apa ini mimpi atau bukan. Apa dia benar orang yang bisa
kulihat dengan jelas dalam waktu yang sesungguhnya. Maksudku, orang yang
sungguh sunguh bisa kulihat raganya dalam dunia nyata. Karena jujur saja aku
selalu melihatnya hanya saat aku tertidur dan pikiranku sedang sangat kacau. Dia
sering kali tiba-tiba muncul dan membuat pikiranku menjadi lebih baik. Dia yang
jujur saja tak permah kukenal wajahnya. Tapi aku tau rasanya saat dia berada
didekatku. Aroma tubuhnya, yang sering kali mengusik pikiranku. Suaranya yang
sering kali mampu menenagkanku. sentuhannya yang selalu berhasil membuatku
nyaman.  walau  itu semua hanya bisa dilakukannya  melalui mimpi. 
Sering
kali aku merasa bodoh karena merasakan ini. Yang sialnya selalu kurasakan saat
aku hidup dalam dunia mimpiku, bukan dunia nyata yang jelas bisa kusadari
hadirnya. Aku selalu menunggu hingga dia menguap dari dunia mimpi dan membeku
di dunia nyata. Menunjukkan bahwa aku tak benar benar gila karna hanya bisa
merasakannya melalui mimpi.
Entah
sampai kapan aku akan menunggu hingga dia benar benar hadir, berdiri didepanku
dan tersenyum. Hal biasa yang selalu dilakukannya saat aku memimpikanya... 
Comments
Post a Comment