Skip to main content

"Selamat Tinggal"

Aku tau mungkin ini bukan sekedar ucapan selamat tinggal. ini bukan ucapan selamat tinggal seperti biasanya ketika kau melambaikan tangan dan tiba tiba muncul kembali sambil memelukku.

Berulang kali aku meyakinkan diri bahwa kau akan kembali. Entah berapa lama lagi waktu yang aku butuhkan pada akhirnya, kalau semua keyakinan yang telah susah payah aku hidupkan akhirnya punah juga.

Aku punya kuasa atas kau. Kau melayang dan tenggelam atas kemauanku. Aku tau aku tak mungkin bisa lagi melambungkanmu, menerbangkanmu dengan tinggi, membiarkanmu melayang mengikuti inginku setelah baru saja semalam aku membenamkanmu, menginjakmu, bahkan menguburmu dalam-dalam hingga aku sadar bahwa aku telah membunuhmu.

Salahku, ketika kau memangilku namun aku tak menoleh, ketika kau mengingankanku namun aku mengacuhkanmu, ketika kau mengatakan cukup namun terus saja aku melakukannya. Dan ya.. kini kau pergi. Hilang.

Walau begitu kau masih saja terus kucari dalam memori-memoriku, mencari rasa yang mungkin masih tertinggal, eforia rasa yang muncul ketika kau berada didalamnya.

Kau yang sebenarnya tak pernah ada.
Sebuah mimpi yang mengambang dalam pikiranku.
Sebuah imaji yang tempatku memainkan rasa.

Dan ya, kali ini kuakui aku kalah. Membiarkanku terjebak dalam kekacauan. Dan merelakan satu satunya hal yang masih bisa menghidupkanku walau dalam kekacauan ini hilang tanpa sadar. Hilang tanpa kutau jejaknya.

Kau. Satu satunya yang membuat pikiranku masih terasa waras walau hanya untuk diriku sendiri.
Semoga aku belum terlambat untuk mengucapkan selamat tinggal juga untukmu...


“Selamat Tinggal”

Comments

Popular posts from this blog

Illusion

I am the most miserable. Why ? you know my figure is someone who have so many dreams. And always doing whatever i want as much as possible. I always laugh out load that i could. Or run and jump as i want.  Even,  I please speak with invective. Bad indeed, but it was feel better than now. Now, I’m just sit and  stare blankly to  all directions. Silence without a cup of coffee like  normally. There are just some fucking papers that contains scratch without clarity. Or, when I'm just sitting among the noisy sound that pierced my ears. It's annoying because my lips can’t speak as usual. Even, to greet them were sickening.  I am very lazy. It’s NOT me. But, here i am now. Only talking with myself without voice anymore. I’m gonna insane. But, i really really lost my directions. Even to speak, i don’t know how to do it. I asked. Where it was started? Silence, Quiet, I remember, the last time i has my voice is when my last trip. ...

Dia, di pojok bayangan

            Saya telah kehilanga dia lagi. Bodohnya saya. Membiarkan lagi dan lagi merasa hal yang tidak menyenangkan. Terbuang             Bukankah begitu? Jadi jalang sangat menyakitkan. Tapi entah mengapa saya menikmatinya. Berkali-kali saya menyakinkan diri untuk berhenti. Namun mereka terlalu sayang untuk diabaikan.             Saya memang bodoh bagi kalian. Merelakan ‘tubuh’ saya untuk ‘dijual’. Saya akui itu. Tapi saya tidak pernah bosan untuk berpura-pura tersenyum pada kalian yang selalu merendahkan saya. Meremehkan saya untuk banyak hal yang memang tidak ingin saya lakukan. saya tidak peduli kalian senang atau tidak. Saya tidak peduli kalian marah atau kecewa. Saya tidak peduli.             Saya peduli pada dia. dia yang terluka. dia yang menderita. dia yang sendiri. dia ...

Beda tapi Sama

aku paham bahwa aku selalu jadi berbeda, bukannya tak pernah sama. tapi hanya dengan berbeda aku merasa 'istimewa' .  bagiku, berbeda bukan berarti berani untuk tidak 'diterima'.  aku hanya sadar perbedaan ini ada karena aku telah 'menerima' siapa aku dan mereka. aku sangat merayakan perbedaan. biarkan aku tetap menjadi aku,  kau tetap menjadi kau,  kalian tetap menjadi kalian,  mereka tetap menjadi mereka,  kami tetap menjadi kami.  tidak harus jadi masalah. karena kita adalah kita. “ we have different cultures” aku menemukan penyangkalan karena perbedaan. Biasanya bisa lebih parah ’ kau kan perempuan’ ini juga yang sering aku dengarkan tentang bagaimana perbedaan  selalu menjadi penyangkalan.   “toh kita tinggal di bumi yang sama”  ini beda lagi, terkadang aku juga menemukan persamaan sebagai pembelaan. “ gapeduli asalanya dari mana kita manusia punya hak yang sama” masih sama tentang persamaa...