Malam ini datang juga, aku yang memulai cerita
tentang teduh matanya saat itu. 
Malam ini aku duduk didepan sebuah
cermin besar dalam sebuah ruangan gelap. Kurasa saat ini cukup aman untukku
menatap pantulan sosok lain didalam cermin itu. Termenung menatap sosok lain
dalam cermin itu dengan tajam. Meluapkan segala emosi yang terpendam tanpa
sengaja. 
Sosok itu menatapku tajam. Seolah olah
kesal tentang aku yang tak berkedip menatapnya. Aku tersenyum kecil dalam mataku
yang telah berkaca-kaca membendung sekuat mungkin apa yang seharusnya
kulepaskan. Sosok itu menatapku marah tentang aku yang masih saja berbohong. Aku
tersenyum lagi dengan bibirku dan berbicara tanpa suara. Sosok itu mendengarkan
dengan angkuh. Aku menunduk.
Lalu dalam gelap dia mmemelukku. Menarikku kedalam
pelukannya. Melepaskanku dari tatapan sosok dalam cermin itu. Aku membiarkan
tubuhku dalam rengkuhannya. Membiarkan apa yang seharusnya kulepaskan. Tangis,
amarah. 
Dan aku merengkuhnya lebih erat dari yang ia lakukan.
Merapatkan tubuhku dan dia.  Rasanya aku
selalu ingin seperti ini. bersembunyi dalam rengkuhan lengannya. Mendengar detak
jantungnya menenangkanku tanpa mendengar suaranya berbicara.
Dia diam, hanya ada hening dan gelap saat ini. aku
masih dalam pelukannya. Nafasnya menyapa lembut telingaku, aku bergidik. Lalu aku
mendengar suaranya berbibisik, mengatakan untuk tetap seperti ini. dia mencium
tengkukku lembut. Lalu dia berbisik lagi  untuk melepaskan. 
Aku masih melepaskan yang seharusnya kulepaskan.
Tangis, amarah.
Dia menarik daguku, membuatku mengangkat kepalaku
dan  melihat dalam mata teduhnya. Aku diam,
tak lagi melepaskan amarahku yang telah hilang. Dia tersenyum, aku masih dalam
tangisku. 
Dia menyentuh bibirku lembut. Aku memejamkan mata,
tangisku usai. Rasaku kini benar benar lepas. Sungguh, sangat sangat lepas.
Aku membuka kedua mataku, senyumku
berada ditempat tempat seharusnya. Dalam pikiranku yang sempat kalut, dalam
mataku yang sempat ada tangis. Dalam senyumku yang penuh kebohongan
Mataku telah terbuka sepenuhnya,
berharap dapat melihat lagi mata teduhnya. Namun, yang kutemukan hanya gelap. Dan
kedua lenganku tengah memeluk tubuhku sendiri. 
Ada sosok itu dicermin. Sosok itu
menatapku, tidak seperti biasanya. Melainkan seperti tatapan dari dia yang
merengkuhku tadi. Sosok itu tersenyum, sama seperti senyum dari dia yang
terakhir kulihat. 
Dalam ketenangan gelap itu tiba tiba dia menghilang.
Atau
malah memang sejak tadi aku hanya sendiri disini menatap sosokku yang lain
dalam cermin itu? 
Ternyata
memang tidak pernah ada dia malam ini
Comments
Post a Comment