Skip to main content

Dia, dalam Cermin

Malam ini datang juga, aku yang memulai cerita tentang teduh matanya saat itu.


Malam ini aku duduk didepan sebuah cermin besar dalam sebuah ruangan gelap. Kurasa saat ini cukup aman untukku menatap pantulan sosok lain didalam cermin itu. Termenung menatap sosok lain dalam cermin itu dengan tajam. Meluapkan segala emosi yang terpendam tanpa sengaja.

Sosok itu menatapku tajam. Seolah olah kesal tentang aku yang tak berkedip menatapnya. Aku tersenyum kecil dalam mataku yang telah berkaca-kaca membendung sekuat mungkin apa yang seharusnya kulepaskan. Sosok itu menatapku marah tentang aku yang masih saja berbohong. Aku tersenyum lagi dengan bibirku dan berbicara tanpa suara. Sosok itu mendengarkan dengan angkuh. Aku menunduk.


Lalu dalam gelap dia mmemelukku. Menarikku kedalam pelukannya. Melepaskanku dari tatapan sosok dalam cermin itu. Aku membiarkan tubuhku dalam rengkuhannya. Membiarkan apa yang seharusnya kulepaskan. Tangis, amarah.

Dan aku merengkuhnya lebih erat dari yang ia lakukan. Merapatkan tubuhku dan dia.  Rasanya aku selalu ingin seperti ini. bersembunyi dalam rengkuhan lengannya. Mendengar detak jantungnya menenangkanku tanpa mendengar suaranya berbicara.

Dia diam, hanya ada hening dan gelap saat ini. aku masih dalam pelukannya. Nafasnya menyapa lembut telingaku, aku bergidik. Lalu aku mendengar suaranya berbibisik, mengatakan untuk tetap seperti ini. dia mencium tengkukku lembut. Lalu dia berbisik lagi  untuk melepaskan.

Aku masih melepaskan yang seharusnya kulepaskan. Tangis, amarah.

Dia menarik daguku, membuatku mengangkat kepalaku dan  melihat dalam mata teduhnya. Aku diam, tak lagi melepaskan amarahku yang telah hilang. Dia tersenyum, aku masih dalam tangisku.
Dia menyentuh bibirku lembut. Aku memejamkan mata, tangisku usai. Rasaku kini benar benar lepas. Sungguh, sangat sangat lepas.


Aku membuka kedua mataku, senyumku berada ditempat tempat seharusnya. Dalam pikiranku yang sempat kalut, dalam mataku yang sempat ada tangis. Dalam senyumku yang penuh kebohongan

Mataku telah terbuka sepenuhnya, berharap dapat melihat lagi mata teduhnya. Namun, yang kutemukan hanya gelap. Dan kedua lenganku tengah memeluk tubuhku sendiri.
Ada sosok itu dicermin. Sosok itu menatapku, tidak seperti biasanya. Melainkan seperti tatapan dari dia yang merengkuhku tadi. Sosok itu tersenyum, sama seperti senyum dari dia yang terakhir kulihat.



Dalam ketenangan gelap itu tiba tiba dia menghilang.

Atau malah memang sejak tadi aku hanya sendiri disini menatap sosokku yang lain dalam cermin itu?


Ternyata memang tidak pernah ada dia malam ini

Comments

Popular posts from this blog

Illusion

I am the most miserable. Why ? you know my figure is someone who have so many dreams. And always doing whatever i want as much as possible. I always laugh out load that i could. Or run and jump as i want.  Even,  I please speak with invective. Bad indeed, but it was feel better than now. Now, I’m just sit and  stare blankly to  all directions. Silence without a cup of coffee like  normally. There are just some fucking papers that contains scratch without clarity. Or, when I'm just sitting among the noisy sound that pierced my ears. It's annoying because my lips can’t speak as usual. Even, to greet them were sickening.  I am very lazy. It’s NOT me. But, here i am now. Only talking with myself without voice anymore. I’m gonna insane. But, i really really lost my directions. Even to speak, i don’t know how to do it. I asked. Where it was started? Silence, Quiet, I remember, the last time i has my voice is when my last trip. ...

Dia, di pojok bayangan

            Saya telah kehilanga dia lagi. Bodohnya saya. Membiarkan lagi dan lagi merasa hal yang tidak menyenangkan. Terbuang             Bukankah begitu? Jadi jalang sangat menyakitkan. Tapi entah mengapa saya menikmatinya. Berkali-kali saya menyakinkan diri untuk berhenti. Namun mereka terlalu sayang untuk diabaikan.             Saya memang bodoh bagi kalian. Merelakan ‘tubuh’ saya untuk ‘dijual’. Saya akui itu. Tapi saya tidak pernah bosan untuk berpura-pura tersenyum pada kalian yang selalu merendahkan saya. Meremehkan saya untuk banyak hal yang memang tidak ingin saya lakukan. saya tidak peduli kalian senang atau tidak. Saya tidak peduli kalian marah atau kecewa. Saya tidak peduli.             Saya peduli pada dia. dia yang terluka. dia yang menderita. dia yang sendiri. dia ...

Beda tapi Sama

aku paham bahwa aku selalu jadi berbeda, bukannya tak pernah sama. tapi hanya dengan berbeda aku merasa 'istimewa' .  bagiku, berbeda bukan berarti berani untuk tidak 'diterima'.  aku hanya sadar perbedaan ini ada karena aku telah 'menerima' siapa aku dan mereka. aku sangat merayakan perbedaan. biarkan aku tetap menjadi aku,  kau tetap menjadi kau,  kalian tetap menjadi kalian,  mereka tetap menjadi mereka,  kami tetap menjadi kami.  tidak harus jadi masalah. karena kita adalah kita. “ we have different cultures” aku menemukan penyangkalan karena perbedaan. Biasanya bisa lebih parah ’ kau kan perempuan’ ini juga yang sering aku dengarkan tentang bagaimana perbedaan  selalu menjadi penyangkalan.   “toh kita tinggal di bumi yang sama”  ini beda lagi, terkadang aku juga menemukan persamaan sebagai pembelaan. “ gapeduli asalanya dari mana kita manusia punya hak yang sama” masih sama tentang persamaa...