Skip to main content

Piluku



Pilu ku tak mau pergi. Aku tak lagi seperti dulu.  Duniaku berputar dalam rasa jenuh dan bosan serta lelah. Hanya itu. Bukan cerita-cerita bodoh yang penuh tawa, bukan pula cerita sedih yang bisa membuatmu bercucuran air mata. Tidak lagi. Hanya pilu yang tersisa dalam ceritaku saat ini.

Akan kujelaskan beberapa hal pilu yang saat ini tinggal dalam ceritaku. Hal-hal yang tersisa dalam ceritaku. Ini bukan tempatku. Aku tau itu, tapi kurasa aku telah terlau banyak mengumpulkan cerita hingga aku tiba di dunia pilu ini. aku tiba di tempat dimana aku merasa bingung dengan apa yang akan kulakukan. Aku berada di tempat dimana aku tidak tau harus melakukan apa. aku sedang melakukan segala hal dalam kebingungan bahkan ketidaktahuan.

Resahku semakin menjadi. Bukan hal yang kusenangi tentunya. Aku menarik diri dari lingkungan sosialku dari yang sebelumnya aku adalah seseorang yang sangat bersosialisasi. Aku lebih banyak diam dan hanya melihat, beberapa kali aku bahkan hanya mendengarkan dan terlihat seolah tak peduli.  Ini bukan tempatku. Aku tau itu.

Dulu aku adalah orang yang senang bercerita. Sungguh cerita-ceritaku sangat menakjubkan beberapa bahkan tidak dipercaya sebagai sebuah kenyataan. Aku tersenyum dan tertawa sepanjang hari. Berganti-ganti teman sesuai dengan kebutuhanku. Selalu menemani dan di temani. Mendebatkan banyak hal yang tak penting. membuat orang-orang kesal Aku sebagai manusia saat itu merasa benar benar menjadi manusia.

Sekarang, bukankah sudah ku bilang tadi? Aku menarik diri dari lingkungan sosialku. Aku berbicara hanya pada hal- hal yang menurutku perlu. Aku hanya diam dalam ruanganku yang gelap tanpa apapun. Menghabiskan banyak angan yang tak bisa kuhitung. aku tidak lagi melakukan hal-hal bodoh. Tidak bertemu dengan orang-orang asing. Bahkan aku tidak menikmati kopi untuk beberapa saat.

Aku tau, kurasa aku sedang sakit.

Aku pernah berada ditempat dimana aku menjadi pesakitan. Saat aku jalan terpincang dan orang-orang melihatku dengan sebelah mata. Saat suaraku tak terdengar, ragaku tak terlihat, diabaikan, dan terkucilkan. Tapi kurasa saat itu aku masih baik-baik saja. Setidaknya aku sempat menangis saat hal-hal itu terjadi. Aku tau yang ingin kulakukan selain menangis adalah membuktikan. Dan ya, aku berhasil membuktikan banyak hal. Yang pada akhirnya aku hanya tau tertawa dan bahagia setelah itu. Hanya itu yang kutau.


Ah kenangan-kenangan aku dulu akhirnya berputar dikepalaku.  

Aku muak dengan kata bahagia. Sungguh! Aku terlalu banyak merasa bahagia itu hingga aku kebingungan seperti sekarang. Tidak jadi pesakitan, tidak juga jadi si penyenang. Cerita cerita saat dulu entah menguap dimana. Aku benar benar merasa tidak tau apa apa, tidak merasa kalut tentang apa yang akan terjadi seperti seharusnya. Aku tak pernah tau.

Maafkan aku. Kurasa kalimat kalimat diatas bukanlah cerita yang ingin kutulis.


Comments

Popular posts from this blog

Illusion

I am the most miserable. Why ? you know my figure is someone who have so many dreams. And always doing whatever i want as much as possible. I always laugh out load that i could. Or run and jump as i want.  Even,  I please speak with invective. Bad indeed, but it was feel better than now. Now, I’m just sit and  stare blankly to  all directions. Silence without a cup of coffee like  normally. There are just some fucking papers that contains scratch without clarity. Or, when I'm just sitting among the noisy sound that pierced my ears. It's annoying because my lips can’t speak as usual. Even, to greet them were sickening.  I am very lazy. It’s NOT me. But, here i am now. Only talking with myself without voice anymore. I’m gonna insane. But, i really really lost my directions. Even to speak, i don’t know how to do it. I asked. Where it was started? Silence, Quiet, I remember, the last time i has my voice is when my last trip. ...

Dia, di pojok bayangan

            Saya telah kehilanga dia lagi. Bodohnya saya. Membiarkan lagi dan lagi merasa hal yang tidak menyenangkan. Terbuang             Bukankah begitu? Jadi jalang sangat menyakitkan. Tapi entah mengapa saya menikmatinya. Berkali-kali saya menyakinkan diri untuk berhenti. Namun mereka terlalu sayang untuk diabaikan.             Saya memang bodoh bagi kalian. Merelakan ‘tubuh’ saya untuk ‘dijual’. Saya akui itu. Tapi saya tidak pernah bosan untuk berpura-pura tersenyum pada kalian yang selalu merendahkan saya. Meremehkan saya untuk banyak hal yang memang tidak ingin saya lakukan. saya tidak peduli kalian senang atau tidak. Saya tidak peduli kalian marah atau kecewa. Saya tidak peduli.             Saya peduli pada dia. dia yang terluka. dia yang menderita. dia yang sendiri. dia ...

Beda tapi Sama

aku paham bahwa aku selalu jadi berbeda, bukannya tak pernah sama. tapi hanya dengan berbeda aku merasa 'istimewa' .  bagiku, berbeda bukan berarti berani untuk tidak 'diterima'.  aku hanya sadar perbedaan ini ada karena aku telah 'menerima' siapa aku dan mereka. aku sangat merayakan perbedaan. biarkan aku tetap menjadi aku,  kau tetap menjadi kau,  kalian tetap menjadi kalian,  mereka tetap menjadi mereka,  kami tetap menjadi kami.  tidak harus jadi masalah. karena kita adalah kita. “ we have different cultures” aku menemukan penyangkalan karena perbedaan. Biasanya bisa lebih parah ’ kau kan perempuan’ ini juga yang sering aku dengarkan tentang bagaimana perbedaan  selalu menjadi penyangkalan.   “toh kita tinggal di bumi yang sama”  ini beda lagi, terkadang aku juga menemukan persamaan sebagai pembelaan. “ gapeduli asalanya dari mana kita manusia punya hak yang sama” masih sama tentang persamaa...