Ada yang bertanya kabarku belakangan
ini. aku tersenyum dan tertawa sumringah! “tentu
saja aku baik-baik saja!” begitu ujarku pada setiap orang. Saat ditanya apa
yang sedang kulakukan saat ini dengan semangatnya aku mejawab “tentu saja sedang bersenang-senang!”. Atau
ketika aku ditanya apa yang terjadi aku bercerita dengan riang “seperti biasa, hal-hal menakjubkan dan
ajaib. Aku sangat bersemangat!” 
Aku menjawab semuanya dengan sadar. Dengan
tubuhku yang berhadapan dengan semua orang. Dengan senyumku yang selalu
merekah. Dengan raut ceria menghiasi wajahku. Aku mengatakan semua itu pada
siapapun. Kecuali pada diriku sendiri. 
Sejatinya yang terjadi adalah...
Rasaku saat ini sedang tidak jelas,
semuanya abu-abu. Hilang arah, kebingunga apa yang sebenarnya aku inginkan. Tidak,
bukan makanan seperti biasa yag selalu menjadi motivasiku, bukan juga mimpi
yang selalu kudambakan setiap aku jatuh tertidur. Kerjaanku tidak ada yang
sempurna. Keuangan menipis.  Semua hal
yang ada  kini berantakan. Lagi-lagi aku
mengacau!
Kadang ini yang kusebut sebagai “kesepian”.
Tau rasanya, saat aku sendirian di dalam
ruangku. Tanpa ada siapapun, lalu orang asing datang dan menjadi penggugah
rasaku. Kembali menjadi si bodoh dan melupakan hal-hal menjengkelkan. Lalu orang
asing itu pergi, dan orang asing lainnya datang lagi. Sudah seharusnya aku mati
bosan. Terkadang aku merasa sudah seharusnya menyudahi ini semua. Bermain hanya
untuk kesenangan agar terlihat baik-baik saja.
Aku sedang butuh kejutan  entah darimana. Butuh berpergian entah
kemana. Merasa tersesat dan asing. Berpura-pura menjadi orang lain atau
menjadikanku sejatinya siapa aku ini.  
Kadang hidup dijalan seperti itu
membuatku harus puas menelan rasa “bosan”
Pernah ada warna yang menyenangkan saat
itu. Saat kau duduk dihadapanku, saat kita bercerita tentang bualan. Kau dengan
mata sendumu yang menatapku mesra. (aku
nyaris saja menciummu tanpa sadar. untung saja aku menyadari saat itu kita
sedang berada di keramaian).  Kau tentang
tawa lebarmu yang membuatku tertawa pula dengan sebenar-benarnya (bukan tipuan seperti biasanya)
Aku tidak gila. Sungguh, kadang kala aku
juga menikmati ini. Tidak terbebani tapi aku merindu. Tidak menunggu tapi aku
berharap. Hanya butuh cerita baru saat aku memandangnmu. Derita. Itu yang
kulihat darimu, sama sepertiku. Derita yang sama. Sama sama merindu, sama-sama
berharap. Pada ruang kosong di dalam diri masing-masing. 
Kau bercerita tentang dirimu yang tak
lagi bisa membedakan apa itu kesenangan dan kebenaran. Semuanya terasa sama,
pada mulanya. Lalu berakhir pada sepi tanpa kabar dan penantian. 
Menggunakan akal hanya untuk menghibur
diri bahwa semuanya baik-baik saja.  Menggunakan
logika hanya untuk bertahan. Padahal, kita sama-sama merasa jengah dan muak
dengan apa yang ada saat ini. seperti mau mampus karena bingung dan kacau. 
Lalu pilihan menyendiri terasa sangat
baik. Walau berhubungan dengan dunia luar adalah hal terbaik. Mengabaikan rasa
yang telah kacau dan berantakan. 
Kadang aku bersyukur, setidaknya aku
masih tau apa itu rasa, meski “terabaikan”.
Aku membutuhkan kau. Yang sedang
menggila, sebagai objek untuk bermain. Entah berakhir pada  hal yang berbeda atau sama saja seperti ini.
mengulang mencari-kau-kau-yang lain. setidaknya aku ada teman bermain. Setidaknya
aku punya tujuan. 
Jemari yang saling bertaut. Merapatkan tubuh,
direngkuh olehmu, menikmati satu nafas beraroma kopi darimu, berbagi rasa sepi
yang terabaikan. 
Comments
Post a Comment