Skip to main content

Kemarin malam

Tuan? malam tadi saya merasakan. tuan.
hadir disebelah saya. saling merayu.

membuatkan satu server kopi untuk saya malam itu. 
rasa kopi itu masih terekam hingga sekarang 
bahkan aroma kopi saat tuan mencumbu pun masih saya ingat.

entahlah.

mungkin saya mabuk semalam. 
setelah malam panjang dengan para bujangan. 
berdansa tanpa lelah, 
bir ditangan tidak terlepas,
sesekali meneguknya tanpa nafas.
dengan mereka laki laki tua yang duduk memandangi saya yang sedang berdansa.
satu dua orang datang dan berdansa bersama saya. 
membawakan beberapa botol untuk saya habiskan.

malam itu saya hanya tersenyum.
pada mereka yang menikmati kebolehan saya. 


Tidak, tentu saja saya tidak mabuk semalam. 


Ya

bukan tuan yang datang semalam.
tapi saya yang lelah pulang kepada Tuan.
saya ingat. tuan tidak datang. 

Tuan masih sama dengan yang terakhir saya ingat.
lengan kokoh berlukis tato kesukaan saya. 

Tuan juga masih lihai meski saya tidak mengenakan pakaian merah marun. 
Tuan dengan senyum merengkuh saya yang nyaris jatuh. tidak. saya tidak mabuk tuan. 

Tuan saya hanya telah terlalu lelah.
ingin lagi merasakan bibir lembut tuan,
mengurung diri dalam pelukan tuan hingga tertidur.
hangat setiap nafas tuan menyapa tengkuk saya. 

sial..

saya benar benar lelah.
ingin bermanja tanpa ampun.
menikmati cangkir demi cangkir kopi dari tuan.
menghirup aroma kopi dari tubuh tuan.


oh ya, terima kasih untuk membiarkan saya datang, tuan 
maaf saya menganggu.
kabari saya jika tuan juga lelah.

Comments

Popular posts from this blog

Illusion

I am the most miserable. Why ? you know my figure is someone who have so many dreams. And always doing whatever i want as much as possible. I always laugh out load that i could. Or run and jump as i want.  Even,  I please speak with invective. Bad indeed, but it was feel better than now. Now, I’m just sit and  stare blankly to  all directions. Silence without a cup of coffee like  normally. There are just some fucking papers that contains scratch without clarity. Or, when I'm just sitting among the noisy sound that pierced my ears. It's annoying because my lips can’t speak as usual. Even, to greet them were sickening.  I am very lazy. It’s NOT me. But, here i am now. Only talking with myself without voice anymore. I’m gonna insane. But, i really really lost my directions. Even to speak, i don’t know how to do it. I asked. Where it was started? Silence, Quiet, I remember, the last time i has my voice is when my last trip. ...

Dia, di pojok bayangan

            Saya telah kehilanga dia lagi. Bodohnya saya. Membiarkan lagi dan lagi merasa hal yang tidak menyenangkan. Terbuang             Bukankah begitu? Jadi jalang sangat menyakitkan. Tapi entah mengapa saya menikmatinya. Berkali-kali saya menyakinkan diri untuk berhenti. Namun mereka terlalu sayang untuk diabaikan.             Saya memang bodoh bagi kalian. Merelakan ‘tubuh’ saya untuk ‘dijual’. Saya akui itu. Tapi saya tidak pernah bosan untuk berpura-pura tersenyum pada kalian yang selalu merendahkan saya. Meremehkan saya untuk banyak hal yang memang tidak ingin saya lakukan. saya tidak peduli kalian senang atau tidak. Saya tidak peduli kalian marah atau kecewa. Saya tidak peduli.             Saya peduli pada dia. dia yang terluka. dia yang menderita. dia yang sendiri. dia ...

Beda tapi Sama

aku paham bahwa aku selalu jadi berbeda, bukannya tak pernah sama. tapi hanya dengan berbeda aku merasa 'istimewa' .  bagiku, berbeda bukan berarti berani untuk tidak 'diterima'.  aku hanya sadar perbedaan ini ada karena aku telah 'menerima' siapa aku dan mereka. aku sangat merayakan perbedaan. biarkan aku tetap menjadi aku,  kau tetap menjadi kau,  kalian tetap menjadi kalian,  mereka tetap menjadi mereka,  kami tetap menjadi kami.  tidak harus jadi masalah. karena kita adalah kita. “ we have different cultures” aku menemukan penyangkalan karena perbedaan. Biasanya bisa lebih parah ’ kau kan perempuan’ ini juga yang sering aku dengarkan tentang bagaimana perbedaan  selalu menjadi penyangkalan.   “toh kita tinggal di bumi yang sama”  ini beda lagi, terkadang aku juga menemukan persamaan sebagai pembelaan. “ gapeduli asalanya dari mana kita manusia punya hak yang sama” masih sama tentang persamaa...