Saya 
sedang mempertanyakan siapa aku saat ini. sungguh rasa rasanya saya
sedang berada dalam tubuh dan dunia yang asing. Ya meskipun saya sedikit
mengenalnya. Saat ini terlalu banyak perubahan yang harus saya cerna. Mulai
dari kondisi biologis dan juga psikologis saya. 
Mungkin saya hanya sedang kebingungan.
Ah bukannya saya selalu kebingungan.
Tapi setidaknya saat ini saya tau dimana
harus singgah setidaknya hingga saat ini sebelum menentukan tempat singgah ini
saya benar benar jadi rumah untuk tinggal atau tetap menjadi persinggahan saja.
Tentu saja saya butuh  waktu untuk itu. 
Sial. Masih saja saya jadi manusia yang
dikungkung oleh waktu. 
Terlalu banyak yang saya lakukan hingga
saya sadar sejatinya saya tidak melakukan apa pun. Terlalu sering berangan
hingga terbangun bahwa semua hanya kenangan. Sial apa yang sedang saya lakukan
saat ini. ‘
Oh sungguh sialan. Siapa saya saat ini.
mungkin jika saya bisa berdiskusi ria dengan saya beberapa bulan lalu dia tidak
akan menyangka saya bisa seperti ini. tidur manis di ranjang tanpa mengeluh. 
Bukankah itu yang di impikan saya dulu.
Hebat saya sungguh berhasil melakukannya saat ini. 
Hebatnya saya saat ini. 
Hingga saya menyadari satu hal. Sejak
dulu memang saya hanya sendiri. saya dan aku. Tentu saja kami memiliki
pergaulan yang banyak dan luas. Saya dan aku, jangan tanya nama kami. Siapapun
saya jamin bisa mengetahuinya. 
Hanya saja saya sadar bahkan saya tidak
pernah berada dalam satu lingkaran utuh. Selalu melompat dari satu lingkaran
kelingkaran lainnya. Bermain hingga peluh lalu tidur untuk melupa. Dan terus
saya mengulang.
Tuhan pun tidak ragu mengajak saya
bercanda. Diberikannya permainan-permainan menyeramkan untuk saya. untuk
menyadarkan saya agar saya berhenti. Dipasangkannya  saya pada 
lawan bermain menyenangkan. Dikenalkannya saya iblis untuk menbantu
saya. 
Sungguh Tuhan sangat pandai bercanda. 
Iblis itu. jadi tempat singgah saya.
lawan-lawan bermain saya sungguh picik. Saya nyaris mati beberapa kali. Iblis
itu pun tak kalah jahat. Dibantunya saya dengan cara-cara diluar nalar saya.
diberinya saya satu per satu cercaan. Tidak, saya tidak marah mendengar cetiap
cercanya. Hanya beberapa kali sakit hati. Lama lama makin menyakitkan ternyata.
Tapi saya tidak marah tapi sedikit kesal. Namun berulang saya mengatakan pedih.
Semakin saya tersadar iblis itu sedang menyadarkan saya. 
Comments
Post a Comment