Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2019

Menangis saja

semalam mendung tapi jalan jalan belum basah sepertinya langit hendak membasahinya ternyata matamu sedang berkaca kaca sayang. ha ha percuma kau tutupi mata sembab dengan kacamata bodohmu itu.  orang bodoh mana yang menyetir dengan kacamata hitam pekat saat hujan hendak turun. hanya untuk menutupi airmata yang akhirnya jatuh juga ke pipi tirusmu. sayangku dengar  aku sedang memutar lagu pengantar sedih.  untuk kau menangis sepuasnya  memacu kendaraanmu sepanjang jalan tidak usah peduli, melaju saja. sebentar lagi hujan akan turun jika kau sudah lelah tepikan kendaraanmu sejenak  menarik nafas dalam dan aku akan merengkuhmu. mendengarkan setiap isak juga marahmu  hahaha tidak. ternyata kau butuh kecupan untuk hujan yang sudah turun sekarang. bukan pelukan atau buaian kata. hanya butuh mencecap bibirku  membiarkan basah pipimu tidak hanya dengan air matamu

Nikmat Saya

apa apa saja yang saya nikmati malam kemarin.  satu dua sloki. oh, bukan sloki lagi.  tapi gelas gelas berisi penuh anggur dan bir. bukan untuk merayakan tapi untuk menuntaskan sedih nya malam kemarin. saya menungguinya hingga sadar.  mendengarkan rengekannya tentang hidupnya yang lebih melelahkan dari saya.  asap mengepul dari mulut dan hidungnya. nafasnya berat setiap menghisap rokoknya. dia masih merengek tentang hidupnya. orang orang mabuk mulai dibawa pulang.  tapi dia tidak mau saya antar pulang. malah memesan dengan asal satu tower lagi. saya menghela nafas mendengarkan rengekkannya. saya mulai kesal antara hisapan rokoknya, tegukan minumannya dan juga rengekannya.  saya seret saja dia pulang.  menidurkannya layaknya anak saya yang masih balita. dia tidak merengek lagi akhirnya. tapi mendengkur.  sialan. ini sudah kamis pagi dan saya sudah harus membangunkannya. untuk berpura pura jadi saya lagi 

Tempat tinggal

sayangnya saya tinggal di tempat ini. berulang kali mereka minta saya untuk pergi. mengusir juga mencerca saya dengan beragam cacian. saya bisa tidak peduli. sialnya saya tinggal di tempat ini. berulang kali mereka bernasehat atau berceramah tentang norma yang mereka langgar. mereka minta saya berjalan sama seperti mereka. saya masa bodoh. lalu keluarlah umpatan juga sebutan untuk saya. dimintanya saya bercermin. bercerminlah saya. lalu berbicara pada sosok lain disebrang sana. dan lihat. sama saja dia. berlagak layaknya saya. tidak peduli dengan mereka. saya masih tinggal ditempat ini. dimana mencerca adalah kesenangan bagi mereka yang tinggal dengan cara yang sama. sedangkan saya yang tidak bisa dan tidak mengikutinya? siap siap saja dibunuh perlahan. atau jika saya beruntung saya akan terusir dan tidak punya tempat.  susahnya tinggal di tempat dimana mereka tidak pernah mau mencoba melihat dan mendengar. tak apalah. setidaknya saya masih punya tempat tinggal. meski...